Move On Setelah Putus: Fokus pada Diri Sendiri

Move On Setelah Putus:  Fokus pada Diri Sendiri

Ketika orang putus, sering kali terasa seperti mengikuti kontes untuk melihat siapa yang lebih baik. Mereka akan pergi ke gym, berganti pakaian, mencari teman baru, dan mulai berkencan dengan orang yang lebih cantik, lebih seksi, dan lebih kaya. Mereka berusaha menunjukkan kepada orang lain bagaimana mereka lebih baik tanpa pasangan mereka, memiliki lebih banyak pilihan, dan tidak membutuhkan mereka untuk bahagia. Ini adalah dorongan kuat untuk membuktikan bahwa mereka lebih baik.

Pada akhirnya, banyak orang berusaha membuktikan bahwa mereka “menang” setelah hubungan berakhir—dengan menunjukkan bahwa mereka lebih bahagia, lebih kaya, atau lebih sukses. “Saya sudah menemukan seseorang yang lebih baik dari Anda, jadi saya menang.” Ini adalah pola pikir yang sering terjadi setelah putus, tetapi apakah itu benar-benar membantu?

Tunjukkan Apa yang Hilang

Tren lain setelah putus adalah ‘tunjukkan apa yang hilang’. Seringkali, seseorang akan berusaha menunjukkan kepada mantan mereka apa yang mereka kehilangan, bukan dengan pengembangan diri, tetapi dengan menunjukkan gambar-gambar cantik dan kehidupan bahagia yang mereka jalani setelah perpisahan. Meskipun ini dapat membantu seseorang tumbuh sedikit dalam aspek kesehatan atau keuangan, seluruh jiwa dalam hal ini terdengar tidak sehat. Ingat, Anda pernah mencintai orang ini, Anda memiliki kenangan indah bersama mereka, dan kehilangan itu bisa terjadi pada siapa pun.

Mengapa harus ada kompetisi untuk melihat siapa yang lebih baik? Mengapa perpisahan harus berujung pada pembuktian diri untuk membuktikan bahwa kita lebih baik tanpa mereka?

Move On: Fokus Pada Diri Anda Sendiri

Perbandingan Adalah Pembunuh

Setelah berpisah, banyak orang mulai membandingkan setiap aspek kehidupan mereka dengan mantan mereka, berusaha membuktikan bahwa mereka jauh lebih baik. Mereka ingin menunjukkan bahwa mantan mereka adalah pecundang, dan mereka lebih keren atau lebih sukses sekarang. Tetapi pada kenyataannya, ini hanya memperburuk perasaan dan tidak membantu Anda melangkah maju.

Menutupi Perasaan dan Keinginan yang Hilang

Banyak orang berpura-pura melakukan jauh lebih baik tanpa mantan mereka. Mereka melebih-lebihkan kebahagiaan dan kesuksesan mereka untuk menutupi rasa sakit dan kesendirian yang mereka rasakan setelah berpisah. Ini adalah mekanisme pertahanan diri untuk mencoba merasa lebih baik dengan diri mereka sendiri. Namun, terlalu sering, ada rasa sakit yang mendalam, kemarahan, dan kehampaan yang menyertai perpisahan.

Move On Sekarang: Jangan Habiskan Waktu untuk Membuktikan Apa yang Hilang

Kamu vs. Hidup

Meskipun teknik ini bisa tampak efektif dalam jangka pendek, hubungan yang sehat seharusnya tidak menjauhkan Anda dari pasangan atau membuat Anda merasa bahwa hidup hanya tentang kesejahteraan atau hubungan. Anda bisa memiliki keduanya, tetapi sering kali kita kehilangan keseimbangan tersebut dan akhirnya menyalahkan pasangan kita atas ketidakstabilan dalam hidup kita.

Saat mereka pergi, kita cenderung hanya berfokus pada bagaimana kita akan menunjukkan kepada mereka betapa jauh lebih baik kita tanpa mereka. Namun, apakah itu benar-benar membantu kita move on?

Apakah Anda Benar-Benar Maju?

Semakin lama Anda berpegang pada kenyataan bahwa “Saya lebih baik tanpa Anda,” semakin Anda memikirkannya, baik dalam arti yang baik atau pahit. Ini menjadi alasan utama Anda melakukan semua yang Anda lakukan. Namun, jika Anda terus memikirkan masa lalu dan berfokus pada bagaimana Anda lebih baik tanpa mereka, Anda tidak akan benar-benar bisa move on. Anda bisa menghabiskan hidup Anda dengan perasaan bersalah atau rasa marah, tetapi apakah itu membuat Anda lebih bahagia?

Menghentikan cerita lama tentang siapa yang benar atau salah dan memaafkan diri Anda sendiri adalah kunci untuk move on. Bagaimana Anda bisa belajar dari hubungan ini dan benar-benar bergerak maju? Anda tidak akan pernah merasa bebas dari hubungan masa lalu jika terus membiarkannya menguasai hidup Anda.

 

Baca Juga : Dari Mimpi ke Kenyataan: Menjaga Realisme dalam Hubungan